Menggali Petilasan Raja Udayana

Banyak raja dan tokoh di Bali punya gagasan yang cemerlang di dalam menata bangsa ini ke depan. Salah satunya adalah Raja Udayana. Tokoh ini menjadi nama Kodam IX. Untuk itulah, menjelang HUT ke-65 Kodam IX/Udayana yang jatuh pada tanggal 27 Mei 2022 nanti, Bintaljarahdam IX/Udayana mengadakan penelitian untuk menggali data tentang Petilasan Raja Udayana. Selanjutnya, mengadakan wawancara dengan nara sumber / ahli sejarah (Profesor Ardana) dan Arkeolog (Kolonel DR. I.D.K. Budiana, M.Fil.H yang juga merupakan Mantan Kabintaldam IX/Udayana ke-8).
Profesor Ardana mengatakan, nilai-nilai kearifan Raja Udayana sesungguhnya dapat dijadikan pedoman untuk membangkitkan rasa nasionalisme generasi muda. Raja Udayana sebagai raja yang pernah memerintah Bali sekitar tahun 989 hingga 1011 Masehi, tidak cukup hanya untuk dikenang sebagai sebuah nama, tetapi hendaknya nilai-nilai kearifannya diimplementasikan,kata Profesor Ardana, di Kampus Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, Rabu (20/04). Ia mengatakan menggali Nilai Kearifan Raja Udayana untuk Membangun Karakter Bangsa. Kita orang Bali mempunyai kewajiban moral untuk melihat kembali nilai-nilai kearifan dan kebesaran dari Prabu / Raja Udayana. Nilai-nilai ini hendaknya dapat membangkitkan rasa nasionalisme dan kebersamaan kita sebagai orang Bali dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, ujarnya. Dulu, kata Profesor Ardana, saat Prabu Udayana memimpin Bali, visi kepemimpinannya sangat baik. Visinya tidak hanya memikirkan Pulau Bali semata, tetapi hingga Pulau Jawa, ucapnya. Prabu Udayana, lanjut dia, fokus untuk menyatukan perpecahan agama yang terjadi di Bali kala itu. Ia terkenal begitu menghargai pluralitas dalam kehidupan bermasyarakat. Bersama dengan Mpu Kuturan yang merupakan salah satu penasihatnya, akhirnya berhasil mengatasi gejolak perpecahan antara sekte-sekte dan agama di Bali, ditandai pertemuan yang dilaksanakan di Pura Samuan Tiga, Kabupaten Gianyar kala itu, katanya. Sementara itu, Kolonel DR. I.D.K. Budiana , M. Fil. H mengatakan berdasarkan prasasti Batur Pura Abang (1011 M) “Bhatari Lumah Ing Bhurwan. Bhatara Lumah Ing Banyu Wka” bahwa permaisuri Gunapriyadarmapatni didarmakan / dicandikan di Pura Bukit Dharma Durga Kutri, Raja Udayana didharmakan / dicandikan di Pura Mengening – Tampaksiring, sedangkan putra Raja Udayana dicandikan di Tebing Gunung Kawi. “Jadi terdapat tiga prasasti yang memperkuat tentang pedharman Raja Udayana beserta Sang Permaisuri dan putra-putranya, yaitu Prasasti Batur Pura Abang yang sudah saya sebutkan tadi, Prasasti Tengkulak, dan Prasasti Pandak Badung”, pungkas Kolonel (Pur) DR. I.D.K. Budiana.
Acara diakhiri dengan penyerahan beberapa buku karya Profesor Ardana dkk dan foto Bersama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tatap Muka Dengan Tokoh Agama, Kabintaldam IX/Udayana Ajak Jaga Stabilitas Keamanan

Bintaldam IX/Udayana Gelar Acara Tradisi Pelepasan Anggota Memasuki Masa Pensiun

Melayat Ke Rumah Duka Keluarga Anggota